Doa Rasulullah: "Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah. Wahai Tuhanku mohon dipeliharakan olehMu akan tersesat atau menyesatkan atau tergelincir atau menggelincirkan atau dianiaya atau menganiaya atau berlaku semberono atau diperlakukan dengan semberono." (H.R Abu Dawud,Tarmizi, Nasai dan Ibnu Majah dari Umu Salamah).
Bila kita telusuri dari seluruh perjalanan dakwah Rasulullah SAW selama 23 tahun maka pada intinya strategi beliau ada tiga, yaitu tugas tilawah, tazkiyah dan ta‘limah tiga strategi yang ditempuh Rasulullah SAW dan para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Tilawah adalah membacakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ada di alam semesta termasuk yang melekat pada diri manusia sendiri. Tilawah adalah membaca, merenung, memikirkan akan tanda-tanda kebesaran Allah SWT melalui segala ciptanya yang pada akhirnya akan dapat membunuh keimanan dan keyakinan yang membaca pengakuan yang tulus, bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dengan membaca tanda-tanda kebesaran Allah diharapkan agar manusia menyadari keberadaan dirinya, asal-usul dan apa tujuan hidupnya dan menyadari manusia adalah makhluk Allah yang sangat lemah, tiada punya daya dan kekuatan apa-apa, bahkan hidupnya selalu bergantung pada kasih sayang dan pertolongan Allah SWT.
Penyadaran diri sendiri perlu ditanamkan kepada semua manusia, sebab manusia banyak yang lupa diri dan arogan, ia lupa, bahwa ia tidak mempunyai apa-apa, termasuk dirinya adalah milik Allah SWT. Kekuasaan, pangkat, jabatan, kedudukan, harta kekayaan dan lain-lain adalah milik Allah. Oleh karena itu, kita akan tetap mengakui sebagai hamba Allah dalam posisi apapun, sebagai pejabat, tokoh, pemimpin, ilmuan, cendikiawan dan apa saja, kita tidak bergeser dari kedudukan sebagai hamba Allah yang lemah.
Setelah langkah pertama ditempuh dengan jalan mengenalkan tanda-tanda kebesaranNya dan mengajak manusia beriman kepada Allah serta menyadarkan keberadaannya sebagai hamba Allah, maka langkah kedua adalah membersihkan manusia dari berbagai kotoran, terutama kotoran pikiran dan hati manusia agar dapat memandang dengan jernih, yang menyumbat pikiran dan rohaninya, inilah yang disebut tazkiyah.
Sayyid Qutub dalam Tafsir Dzilalil Quran melukiskan sebagai berikut: "tazkiyah adalah membersihkan jiwa dan perasaan, mensucikan amalan dan pandangan hidup, membersihkan kehidupan dan hubungan seks dan membersihkan kehidupan masyarakat".
Dalam rangka tazkiyah, sasaran utama yang diberlakukan, membersihkan manusia dari apa saja yang mengotori hati dan pikiran, memberantas kemusyrikan, kekufuran, kemunafikan, hasud, tamak, istighna, mengikis bentuk bentuk akhlak tercela, semisal bakhil, boros, sombong, khianat, riya, sum’ah dan lain-lain. Tugas Rasulullah SAW membersihkan melalui pendidikan rohani yang intensif, baik berupa ritual ibadah maupun sosial dengan memadukan ibadah ritual dan ibadah sosial akan menghasilkan pribadi luhur yang berakhlakul karimah.
Langkah ketiga ta’limah/pengajaran yang merupakan ajaran melalui pembicaraan dan perbuatan atau disebut hadits atau as-sunnah. Dengan berpedoman pada kitabullah para Nabi dan Rasul mengajar dan mendidik umatnya agar benar-benar menjadi seorang mukmin dan muslim kaffah serta memiliki akhlakul karimah yang menjadi tujuan utama para Nabi dan Rasul. Bila semua manusia memiliki akhlak yang luhur, dengan sendirinya akan terciptalah suatu masyarakat yang berperadaban tinggi, masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT, masyarakat yang dihuni orang orang sholeh, rajin dan ikhlas beribadah kepada Allah SWT.
Mengapa Akhlak Menjadi Prioritas Utama
Prioritas dari seluruh risalah yang dibawa Rasulullah SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, karena tinggi dan rendahnya akhlak manusia, karena tidak sama, ada yang mulia dan ada yang hina. Sifat dan watak kepribadiannya berbeda-beda antara satu dengan lainnya, ada yang bersifat penyayang dan ada yang kejam, ada yang kasar, ada yang lemah lembut. Sifat dan watak manusia dikumpulkan menjadi empat macam antara lain:
Thabiat Rububiyah, thabiat Ketuhanan, suatu tabiat yang cendrung ke arah perbuatan yang sesuai kehendak dan kerelaan Tuhan, sehingga ingin selalu berbuat baik serta mendapatkan ridho dari Allah SWT. Thabiat Syaithoniyah, tabiat syetan yang selalu ingin menggoda dan menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan kemungkaran.
Thabiat Sabu‘iyah, tabiat binatang buas yang mempunyai kecenderungan ke arah perbuatan-perbuatan melanggar dan merampas hak orang lain, ingin memangsa, menzolimi dan sebagainya. Thabiat bahimiyah, tabiat binatang ternak yang hanya mementingkan nafsu makan, minum, tidur dan sebagainya. Manusia yang bertabiat Bahimiyah ini tidak lagi menghiraukan urusan agama dan ibadah ataupun pengetahuan, seluruh waktu hanyalah dihabiskan unntuk mencari harta kekayaan untuk kepuasan nafsunya, bahkan hartanya menjadi ukuran segala-galanya. Dalam hal ini agama Islam-lah, yang akan berperan membimbing manusia agar dapat menyalurkan tabiatnya menurut tuntunan hidup yang baik, sehingga tidak terjerumus ke arah kejahatan dan kemungkaran.
Untuk itu maka ajaran akhlakul karimah akan membimbing manusia sebaik-baiknya supaya memiliki jiwa yang bersih dan menilai yang kuat, sehingga dapat menempatkan diri sebagai makhluk yang mulia.